Sepertinya tak ada yang bersedia menyisakan
Satu tempat bagiku, walau hanya menyelinap
Kedalam rongga hati yang tak begitu nyaman
Kupikir dunia sudah enggan menyuguhkan ketenangan
Selalu ada permasalahan hidup yang menguras habis dayaku
Hingga sepertinya membuat para malaikat itu
Memalingkan pandangannya terhadapku
Kalut aku dalam duka
Ketika sepintas saja aku berdampingan
Entah dengan siapa tadi ...
yang menghoyahkan pikiranku
Hingga sempat membuatku kacau
Apa yang baru saja berkicau? ?
Lazuardi hendak menghitam,
Lalu menurunkan serdadu air yang begitu banyak
Nyaris saja air mataku tak dapat kubedakan
Karena turut tenggelam bersama serdadu air yang membuat kicauan tadi cedera,
terseret entah kemana
Kicauan yang sama terlukanya denganku
kini semakin jelas menampakan kesakitannya
Kicauan itu ibaratkan seekor burung yanh ketakutan terhempas dari sangkarnya
dan terbang karena satu sayapnya patah
Terpikir tuk temukan pasangan sayapnya
Namun makluk kecil itu menolak
Tak apa baginya terlihat buruk tanpa sayapnya
Karena itu bentuk keikhlasannya menghapus lukaku
Mataku seolah terbelalakan
Tertimpa binar cahaya mata yang begitu polos tanpa kepalsuan
Semula kupikir dia hanya seekor burung usil yang mengganggu pikiranku
Namun semakin dekat ku melihat kedalam
batas hatinya yang tiada batas untukku
Membuatku percaya bahwa dia lebih indah
dari malaikat diluar sana ,yang penuh pesona, namun penuh kepalsuan
Sedangkan sayapnya yang patah
Adalah sisa kepingan hatiku
Tuk lengkapi kepingan yang hilang
Hingga kini hati kita telah
Tergenapkan utuh dan terobati